Senin, 16 September 2013

Sosialisasi SIM

Pada Tanggal 16 September 2013 SMAN 2 Cianjur mengundang Baur SIM untuk dapat memberikan informasi kepada para siswa yang ingn memiliki SIM

Senin, 19 Agustus 2013

Berita Duka

Telah berpulang ke Rahmatullah, ibunda dari Ibu Ena Rustina Guru SMAN 2 Cianjur pada hari Minggu pukul 17.00 karena sakit, semoga amal baik almarhumah membawanya ketempat yang terbaik di sisi Allah dan Ibu Ena beserta keluarga senantiasa diberi kesabaran, amin

Apel Setelah Idul fitri

Pada tanggal 19 Agustus 2013 SMAN 2 Cianjur kembali beraktifitas seperti biasa setelah libu Idul fitri 2013










Rabu, 12 Juni 2013

UAS Semester 2 SMAN 2 Cianjur

Menjelang kenaikan kelas tahun pelajaran 2012-2013 SMA Negeri 2 Cianjur mengadakan UAS tanggal 7 sampai 13 Juni 2013


Rabu, 08 Mei 2013

Pembina Satria Siliwangi

semoga terus meningkatkan kemampuan untuk meraih prestasi

Satria Siliwangi

Dalam rangka pasanggiri ibing pencak silat se-Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2013 adalam rangka memperingatai Hari Pendidikan di Pameran Pendidikan harimart




, Satria Siliwangi mengirimkan 2 peserta yaitu Diana dan Ahmad, hasilnya Ahmad meraih juara pertama dan Diana juara harapan ketiga

Selasa, 19 Februari 2013

Sudut Pandang


SUDUT PANDANG DALAM CERITA; PEMBELAJARAN
Oleh Ardyan Amroellah
Apa yang anda lihat dan rasakan ketika menonton sepak bola? Sebagai penonton, perasaan anda jelas berbeda dengan apa yang dilihat dan dirasa oleh si pemain yang timnya menang atau malah si pemain yang timnya kalah. Akibat dari kejadian itupun akan berbeda bagi anda, si pemain yang menang, dan si pemain yang kalah. Oleh sebab itu sudut pandang adalah krusial dalam mempengaruhi penyajian cerita dan alurnya. Sudut pandang (point of view) sendiri memiliki pengertian sebagai cara penulis menempatkan dirinya di dalam cerita. Secara mudah, sudut pandang adalah teknik yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya. Berikut ini macam–macamnya:
1.    Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal.
Penulis sebagai pelaku sekaligus narator yang menggunakan kata ganti “aku’.
A.    “Aku” sebagai tokoh utama.
Penulis adalah “aku ”sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian disekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita.
Contoh:
Seorang lelaki tua memanggilku sepuluh menit lalu di ruang pribadinya di lantai paling atas pada gedung megah biru dunker, inti kampusku. Dia duduk pongah di kursi busa berukir khas jepara dibalik meja. Senyumnya mahal, semahal kursi itu. Kucoba duduk santai dihadapnya, sambil melirik buku yang tadi dibantingnya. Gagasan, itu tulisan di sudut kanan atas sampul depan. Mendesah sebelum kualirkan mata ke tanda pengenal meja disebelah buku itu, tulisan cerlang bereja Rektor pongah menatapku. Kulengoskan kepala keluar jendela, sementara mulutnya terus mengumpat. Soal buku itu, tentu juga soal aku. (Rektor Itu Ayahmu, Sayang? – Ardyan Amroellah)
Catatan:
·         Tokoh “aku” tak mungkin mengungkapkan perasaan atau pikiran tokoh lain kecuali dengan perkiraan.
·         Penulis harus memahami tokoh “aku” sesuai karakternya. Misalnya soal bahasa,  perlu dilihat apakah “aku” adalah orang tua atau anak muda. Itu akan mempengaruhi gaya bahasa yang diucapkan.
·         Mengenali dengan baik karakter “aku” adalah keharusan..
B.     “Aku” sebagai tokoh bukan utama.
Penulis adalah “aku ” dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan “aku” hanya sebagai saksi/kawan tokoh utama. “Aku” adalah narator yang menceritakan kisah yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama.
Contoh:
Aku sudah mengetahui wajahnya sejak lama, sejak sekitar dua tahun lalu. Seminggu sekali dia datang ke salon itu, selalu. Aku kerap tertawa saat ingat kali pertama aku melihatnya. Lusuh, kusam, dekil, sama sekali tak berwarna. Tapi aku tahu, dia bak mutiara jatuh dalam kotoran dan ketakberuntungan. Tinggal membasuhnya saja sebelum moncernya kembali. Dan rupanya dia tahu bagaimana cara memelihara diri. Terbukti, tak ada tanda kekusaman yang muncul. Aih, aku jadi iri. (Mimpimu Apa? – Ardyan Amroellah)
Catatan:
·         Teknik ini hampir mirip dengan Sudut Pandang Orang Ketiga. Hanya saja narator ikut terlibat sebagai tokoh.
·         “Aku” hanya mengomentari apa yang dilihat dan didengar saja. “Aku” bisa mengungkap apa yang dirasakan atau dipikirkan tokoh utama, tapi hanya berupa dugaan dan kemungkinan berdasar apa yang “aku” amati dari tokoh utama.
2.    Sudut Pandang Orang Pertama Jamak
Ini mirip dengan Sudut Pandang Orang Pertama Tunggal, hanya saja menggunakan kata ganti “kami”. Narator menjadi seseorang dalam cerita yang bicara mewakili beberapa orang atau sekelompok orang.
Contoh:
Siang itu kami berkerumun di teras masjid, membahas isu hangat yang merebak di pondok. Secara beruntun, barang-barang kami hilang. Mi instan, uang, buku, hingga celana dalam. Hal terakhir itu sangat keterlaluan. Ajaibnya, kami berempat sama. Celana dalam kami habis. Percayalah, hanya sarung yang kami pakai saat ini. (Ronaldo Dari Brazil – Anin Mashud)
3.    Sudut Pandang Orang Kedua
Penulis adalah narator yang sedang berbicara kepada kata ganti “kamu” dan menggambarkan apa yang dilakukan “kamu” atau “kau” atau “anda”.
Contoh:
Ini hari pertamamu masuk kerja. Harus sempurna! Maka jadi sejak tiga sejam lalu, kau sibuk bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, sampai riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa akan memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau mengambil parfum. Menyemprotkannya di belakang telinga, pergelangan tangan, selangkangan, dan ke udara. Sedetik berikutnya, kau melewati udara beraroma lili dan lavender itu, berharap supaya wanginya menempel di rambut dan blazer barumu. (Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank)
Catatan;
·         Pembaca diperlakukan sebagai pelaku utama sehingga membuatnya menjadi merasa dekat dengan cerita karena seolah menjadi tokoh utama
·         Penulis harus konsisten tak menyebut “aku” untuk berbicara dengan tokoh utama.
4.    Sudut Pandang Orang Ketiga Tunggal.
Penulis ada di luar cerita tak terlibat dalam cerita. Penulis juga menampilkan para tokoh dengan menyebut namanya atau kata ganti “dia”.
A.    Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu.
Penulis seperti Tuhan dalam karyanya, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, termasuk motif. Penulis juga bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain. Bahkan bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan para tokohnya.
Contoh:
“Ibrahim?!”
“Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah dipanggil pulang…”
Jawaban itu tak memuaskan, Ranju masih dliputi ketakpercayaan saat si guide bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu Ranju menjumpai pantai di matanya. Dan itu membuat Ranju mulai percaya ini tak dunia? Tidak, hatinya masih penuh logika. Meski Ranju ingat, dia tadi berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu di parit kecil pinggir jalan, dia tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapa genit. Ranju bermain–main di pikiran sampai–sampai si guide bertudun menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil serupa rumah keluarga Amerika kelas menengah. (Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah)
B.    Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas.
Penulis melukiskan segala apa yang dialami tokoh hanya terbatas pada satu orang atau dalam jumlah yang sangat terbatas. Penulis tak leluasa berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Melainkan terikat hanya pada satu atau dua tokoh saja.
Contoh:
Selalu ada cita di dalam benaknya, untuk mabuk dan menyeret kaki di tengah malam, menyusuri Jalan Braga menuju penginapan. Dia akan menikmati bagaimana lampu-lampu jalan berpendar seperti kunang yang bimbang; garis-garis bangunan pertokoan yang berderet tak putus acap kali menghilang dari pandangan; dan trotoar pun terasa bergelombang seperti sisa ombak yang menepi ke pantai. (Lagu Malam Braga – Kurnia  Effendi)
C.    Sudut Pandang Orang Ketiga Objektif
Narator melukiskan semua tindakan tokoh dalam cerita namun tak  mengungkapkan apa yang dipikirkan serta dirasakan oleh tokoh cerita. Penulis hanya boleh menduga apa yang dipikirkan, atau dirasakan oleh tokoh ceritanya.
Contoh:
Si lelaki tua bangkit dari kursinya, perlahan mengeluarkan pundi kulit dari kantung, membayar minuman dan meninggalkan persenan setengah peseta. Si pelayan mengikutinya dengan mata ketika si lelaki tua keluar. Seorang lelaki yang sangat tua yang berjalan terhuyung tetapi tetap dengan penuh harga diri.
“Kenapa tak kau biarkan saja dia minum sampai puas?” tanya si pelayan lain. Mereka berdua menurunkan semua tirai. “Belum jam setengah dua.” lanjutnya.
“Aku ingin cepat pulang dan tidur.” (Tempat yang Bersih Terang – Ernst  Hemingway)
5.    Sudut Pandang Orang Ketiga Jamak
Penulis menuturkan cerita berdasarkan persepsi atau kacamata kolektif. Penulis akan menyebut para tokohnya dengan menggunakan kata ganti orang ketiga jamak; “mereka”.
Contoh:
Pada suatu hari, ketika mereka berjalan-jalan dengan Don Vigiliani dan  beberapa anak lelaki dari kelompok pemuda. Dalam perjalanan pulang, mereka melihat ibu mereka di sebuah kafe di pinggir kota. Dia sedang duduk di dalam kafe itu; mereka melihatnya melalui sebuah jendela dan seorang pria duduk bersamanya. Ibu mereka meletakkan syal tartarnya di atas meja. (Ibu – Natalia Ginzburg)
6.    Sudut Pandang Campuran
Penulis menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”, “kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia”.
Catatan:
·         Biasanya teknik ini dipakai dalam cerita yang membutuhkan halaman banyak.
·         Perlu ketelitian dalam setiap fragmen saat penulis mengubah sudut pandang.
SUDUT PANDANG ORANG KEDUA: PENJELASAN KHUSUS
Dibandingkan unsur–unsur pembentuk cerita lainnya, penulis–penulis Indonesia cenderung lambat dalam mengeksperimen dan membarui penggunaan sudut pandang dalam penerapannya pada karya. Selama ini secara umum kita hanya mengenal dua macam sudut pandang, yaitu Sudut Pandang Orang Pertama dan Sudut Pandang Orang Ketiga. Sama sekali tak ada teori dan penggunaan Sudut Pandang Orang Kedua. Mengapa seperti itu? Jawaban semua penulis rata–rata sama. Sulit.
Sebagai gambaran singkat. Misalnya seseorang yang bernama Andi, bercerita kepada temannya, Budi. Ada dua kemungkinan: Andi menceritakan dirinya dengan berkata, “Pagi ini aku berangkat pagi.” Dalam hal ini, Andi menggunakan sudut pandang orang pertama (aku). Kemungkinan kedua, Andi menceritakan orang lain. Misalnya dengan, “Tadi siang dia makan siang.” Di sini, Andi menggunakan sudut pandang orang ketiga (dia).
MUNGKINKAH ANDI BERCERITA KEPADA BUDI TENTANG BUDI?
Dalam keadaan normal, kejadian semacam ini mustahil terjadi sebab apa yang dialami Budi tentunya Budi sendiri yang lebih tahu. Hal itu seperti mengharapkan dalang bercerita soal Arjuna kepada Arjuna yang menontonnya. Jelas Arjuna lebih tahu kisah dirinya sendiri dibanding dalang. Itu jika normal. Jika tak normal apakah bisa? Dan bagaimana praktiknya jika bisa?
Kembali ke pengandaian diatas. Jawabannya adalah bisa saja ketika Arjuna kehilangan informasi tentang dirinya atau kejadian yang dialaminya, karena mungkin dia pingsan atau tidur, lalu Arjuna minta keterangan dalang sehingga dalang akan menginformasikan, “Waktu tidur tadi kau berjalan keluar kamar, tapi matamu meram.” Kondisi terakhir ini dapat melahirkan sudut pandang orang kedua (kau, kamu) asalkan dalang konsisten tak menyebut dirinya sebagai “aku”.
Dalam bentuk cerita, pembaca hanya akan melihat Arjuna yang disapa dengan kata ganti ”kau”, sedangkan dalang tak terlihat dan dianggap oleh pembaca sebagai penulis cerita. Jika dalang tergoda untuk memasukkan dirinya ke dalam peristiwa, misalnya dengan menambahkan, “Lalu aku menepuk pundakmu,” maka sudut pandang berubah menjadi orang pertama. Tetapi sudut pandang akan tetap orang kedua jika dalang menceritakan dirinya tidak dengan kata ganti orang pertama, misalnya dengan mengatakan, “Lalu seseorang menepuk pundakmu.”
Dari pengertian ringkas di atas, dapat dimengerti jika sudut pandang orang kedua jarang sekali dipraktikkan oleh para penulis. Tapi bukan berarti tak ada. Coba baca Dadaisme karya Dewi Sartika, Cala Ibi karya Nukila Amal, dan Kabar Buruk dari Langit buatan Muhiddin M. Dahlan. Meski sudut pandang orang kedua pada ketiga novel ini tidak utuh atau tidak sepenuhnya dipakai dalam keseluruhan novel.

Kamis, 31 Januari 2013

Karya Tulis Sederhana kelas XI



Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Pangan di Kabupaten Cianjur

Dibuat untuk memenuhi tugas pelajaran bahasa Indonesia

Makalah








Disusun oleh,
Musa Aleksander Sidik
Kelas XI IPS 3



 


SMA NEGERI 2 CIANJUR
JLN. SILIWANGI NO 9 CIANJUR

2013



Kata Pengantar

 Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Ilahi Robby, karena berkat rahmat dan hidayahNya saya berhasil menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dibuat, selain untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia juga sebagai sarana untuk menambah wawasan saya mengenai   Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Pangan di Kabupaten Cianjur. Karena sebagai generasi muda tidaklah salah apabila memahami keadaan permasalahan yang diungkapkan dalam judul makalah ini.
Dalam penulisan ini, saya selaku penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak sehingga tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada ,
1. ..................................... selaku .........
2. ...................................... selaku .......
3. ...................................... selaku .........
Penulis sudah berusaha sebaik baiknya, supaya karya tulis ini dapat disajikan dalam bentuk yang sempurna, namun penulis menyadari apabila penulisannya belum sempurna, sehingga apabila pembaca mengetahui kekurangan dari karya tulis ini, penulis sangat terbuka dengan sumbang saran dan keritiknya untuk bekal penulis dalam penulisan karya tulis yang lain. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk semua pembacanya









                                                                                               Cianjur, Januari 2013


                                                                                               












Daftar Isi


Kata Pengantar ..........................................................................................................  i
 Daftar Isi     ................................................................................................................ ii
Daftar Gambar ........................................................................................................... iii
Daftar Grafik .............................................................................................................. iv

I. Pendahuluan .........................................................................................................  1
I.1. Latar Belakang ..................................................................................................   1
I.2.  Rumusan masalah .............................................................................................   1
1.3. Tujuan Penilisan ................................................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................ 2
1.5. Metode Penulisan .................................................................................................  2
1.6. Landasan Teori ....................................................................................................   3

II Pembahasan  ..........................................................................................................
II.1. .......................................................................
II.2. ........................................................................
III. 3 .......................................................................
.
.
.
.
.
.
.
.
III. Penutup ................................................................................................................. 12
III.1. Kesimpulan .........................................................................................................  12
III.2. Saran ..................................................................................................................   12
Daftar Pustaka  ...........................................................................................................   13
Biografi .......................................................................................................................  14



































Daftar Gambar
                                                                                                                                                     Hal                    
1. Gambar II.1.1. Panen Padi ...................................................................................4
2. Gambar II.1.2. Pengairan tradisional sawah yang masih baik  ..............................4
3. Gambar. II.2. 1. Gambar pengolaan sawah tradisional  ......................................  7
4. Gambar II.2.2     Pengolahan sawah secara modern .........................................   8

















































Pengaruh Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Produksi Pangan di Kabupaten Cianjur
I.Pendahuluan
I.1. Latar belakang masalah
            Cianjur sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu penghasil padi terbesar di Jawa Barat. Padi yang dihasilkan para petani di Cianjur sangat dikenal tidak hanya di wilayah Jawa Barat tetapi sudah di akui oleh masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Meskipun di wilayah lain di Nusantara ini daerah yang disebut lumbung padi pun ada seperti di Sumatera Barat terkenal dengan penghasil padi dari wilayah Kabupaten Solok, kemudian di Sulawesi Selatan ada wilayah yang disebut Minahasa, tetapi dari sekian banyak daerah di Nusantara ini wilayah Cianjur terkesan yang paling terkenal, terutama dengan produk pangan yang paling dikenal dengan nama Pandan wangi.
Nama besar Cianjur yang selama ini disandang sebagai penghasil pangan terbaik di Nusantara, lama kelamaan akan memudar, hal ini karena kebijakan pemerintah daerah yang seakan akan kurang memperhatikan kelestarian lahan dan kelestarian paritas unggul yang ada di Cianjur yaitu ketersediaan lahan untuk tetap dapat menanam padi unggul Pandan wangi.
Kondisi memrihatinkan ini, membuat saya selaku warga Cianjur, tertarik untuk mengamati, sampai seberapa jauh kondisi pertanian di Cianjur terutama yang berhubungan dengan ketahanan dan kelestarian pangan, karena saya melihat kondisi sekarang ini banyak lahan pertanian di Cianjur yang berubah fungsi menjadi lahan pemukiman dan lahan industri.

I.2. Rumusan masalah
Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut:
I.2.1. Berapa luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan pemukian  
         di Cianjur dalam satu tahun?
I.2.2.  Bagaimana supaya farietas unggul Pandan Wangi tetap lestari di Cianjur?
I.2.3. Bagaimana kebijakan Pemeritatah Daerah Cianjur dalam mempertahankan
          dan melestarikan ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur?
I.3. Tujuan Penulisan
I.3.1. untuk mengetahui luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan
          pemukian  di Cianjur dalam satu tahun.
I.3.2.  Untuk mengetahui upaya melestarikan  farietas unggul Pandan Wangi 
           lestari di Cianjur?
I.3.3. Ingin mengetahui kebijakan Pemeritatah Daerah Cianjur dalam  
          mempertahankan dan melestarikan ketahanan pangan di Kabupaten
           Cianjur?
I.4. Manfaat Penelitian
       Penulisan makalah ini dlakukan dengan tujuan supaya saya khususnya dan masyarakat Cianjur pada umumnya mau peduli terhadap kekayaan alam Cianjur yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas di Nusantara, terutama unutk menjaga ketahanan pangan agar Cianjur tetap sebagai lumbung padi nasional.
I.5. Teknik Penulisan
Karena keterbatasan waktu, biaya dan pengetahuan penulis maka dalam penulisan makalah ini menggunakan metode studi pustaka dan pengamatan.

















II. Pembahasan Masalah
I I.1. Luas lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan pemukian 
         di Cianjur dalam satu tahun.

Cianjur yang memiliki luas ....Km persegi, yang merupakan lahan pertanian sawah ....km pesegi, pemukiman penduduk ...km persegi, seiring dengan pertambahan waktu semuanya semakin bertambah, namun sayang lahan pertanian tidak bertambah luas malah sebaliknya bertambah sempit, dari data yang saya peroleh, luas cianjur yang ...km persegi pada tahun 1990 memiliki lahan pertanian.... km persegi pada tahun 2000 lahan pertanian menjadi ... km persegi dari data tersebut kita bisa merata ratakan bahwa setiap tahun lahan pertanian yang menhilang mencapai .... km persegi
                   
                                                   Gambar II.1.1
                                                        Panen padi
                                
                                                   Gambar. II.1.2
                                  Pengairan tradisional sawah yang masih baik
II.2.  Upaya  supaya farietas unggul Pandan Wangi tetap lestari di Cianjur?
            Untuk melestarikan parietas unggul Pandan wangi, beberapa kalangan masyarakat menghimbau kepada pemerintah untuk senantiasa menyedialkan bibit tanaman unggul dari parietas tersebut, usahan ini direspon cukup baik  oleh pemerintah daerah dengan menyedianakn bibit unggul parietas tersebut, selain itu pemerintah daerah pun melalaui Dinas pertanian menyediakan penyuluh pertanian supaya petani dapat melakukan penanaman sebagaimana mestinya.
.........
Gambar II.2.1
 Pengolaan sawah tradisional
..................................................................
Gambar II.2.2
 Pengolahan sawah secara modern
                                     
                                                                Gambar II.2.3
                                                       Sawah dengan pengairan yang baik
III.2. Kebijakan Pemeritatah Daerah Cianjur dalam mempertahankan
          dan melestarikan ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur
                       
                                                   Gambar III.2.1
                                           Sawah yang terdesak Perumahan

                                          
                                                        Gambar III.3.1
                                                  Pengairan teknis yang baik
III.  Penutup
III.1. Kesimpulan
III.2. Saran
Dengan melihat uraian makalah di atas yang membahas cara pelestarian dan penguatan pangan diharapkan para pembaca makalah ini dapat merealisasikannya dalam kehidupan karena kita semua mengetahui bahwa sampai saat ini bahan pokok hidup masyarakat Indonesia belum bisa diganti selain makan nasi.



Daftar Pustaka

Biografi
Nama:                                                                                                                              
Alamat:
Tempat/ Tanggal lahir :
Hobi :
Cita- cita :
Moto hidup/ pandangan hidup:
Riwayat sekolah :
TK : TK Aisiah lulus tahun 1978
SD : SDN Selajambe 2 Sukaluyu lulus tahun 1984
SMP : SMPN 1 Karangtengah Cianjur lulus tahun 1987
SMA : SMAN 2 Bandung lulus tahun 1990