PENGERTIAN
Kritikan atau mengkritik sebuah karya atau
sebuah hal berarti mengungkapkan bagian-bagian suatu karya atau hal tersebut
yang dirasa atau dianggap kurang bagus, kurang menarik, dan kurang benar.
Menyampaikan suatu kritik terhadap
suatu karya atau hal tertentu hendaknya disertai dengan alasan yang jelas dan
logis,sehingga tidak terkesan hanya sekedar mengkritik.
Saran adalah
sebuah solusi yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Saran harus bersifat membangun,mendidik,dan secara objrktif dan sesuai dengan
topik yang dibahas.
CARA-CARA MENYAMPAIKAN KRITIK DAN SARAN
1.
Menyimak topik yang sedang di bahas dengan seksama dan penuh dengan konsentrasi
dari awal hingga akhir.
2.
Mencatat pokok-pokok bahasan agar benar-benar paham dalam menentukan bagian
yang akan dikritik atau diberi saran.
3.
Menganalisis pokok-pokok isi bahasan dengan menentukan bagian-bagian yang
hendak di kritik atau di beri saran.
4.
Menentukan kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan isi bahasan tersebut,
serta menentukan ide-ide baru atau perbaikan-perbaikan yang tepat untuk
menyempurnakan dalam pembahasan.
5.
Mengemukakan atau menyampaikan kritik atau saran berdasarkan bahasan yang
dibahas.
MANFAAT KRITIK DAN SARAN
1.
Menambah masukan-masukan baru yang belum di bahas agar lebih terinci dan
lengkap.
2. Mengganti bagian bahasan yang kurang baik dengan masukan yang lebih tepat atau
2. Mengganti bagian bahasan yang kurang baik dengan masukan yang lebih tepat atau
lebih baik berdasarkan kritik dan saran yang di terima.
3.
Menghilangkan bagian-bagian yang tidak tepat atau tidak perlu.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENYAMPAIKAN KRITIK DAN SARAN
1.
Anda hendaknya benar-benar memahami persoalan nya,sehingga kritik dan saran
yang
di kemukakan di katakan berdasar .
2.
Anda hendaknya memberikan pengantar terlebih dahulu dengan mengemukakan
bagian yang akan di kritik atau di beri saran secara singkat, padat, dan jelas,
baru
kemudian sampaikan kritik atau saran anda secara objektif.
3.
Kritik dan saran yangn di sampaikan sesuai dengan topik yang di bahas.
4.
Kritik dan saran hendaknya di sampaikan dengan bahasa yang baik, sopan, santun,
tidak berkesan menentang dan tidak menyinggungperasaan pihak yang di beri
kritik
atau di beri saran .
5.
Kritik dan saran yang di sampaikan hendaknya disertai dengan argumen-argumen
yang
logis untuk memperkuat kritik dan saran.
6.
Kritik dan saran yang disampaikan harus ditujukan untuk menyampaikan masalah
yang
di bahas, bukan bertujuan untuk mengejek atau menjatuhkan pihak yang di kritik
atau
di beri saran.
7.
Dalam menyampaikan kritik dan saran hendaknya di sertai dengan ide-ide segar
atau
baru solusi yang tepat agar pihak yang di kritik atau yang di beri saran dapat
lebih
menyempurnakan bahasannya.
CARA MENYAMPAIKAN SANGGAHAN ATAU PENOLAKAN
1.
Sampaikan dengan bahasa yang sopan.
2.
Landasi dengan argumentasi yang masuk akal.
3.
Yang ditolak pendapatnya bukan orangnya.
4.
Menunjukan bagian yang lemah dan kelebihan pembicara.
5.
Kemukakan sanggahan dengan izin moderator.
CONTOH KRITIK DAN SANGGAHAN
Sebuah
kritikan harus disertai alasan yang jelas.
Contoh kritik yang tidak disertai alasan:
1.
Saya sependapat dengan Anda, faktor kebersihan sangat berpengaruh terhadap
penyebaran demam berdarah. Pendapat Anda tepat.
2. Saya kurang sependapat dengan Anda, faktor kebersihan tidak berpengaruh pada
penyebaran demam berdarah.
Contoh kritik yang disertai alasan:
1.
Saya sangat sependapat dengan Anda mengenai faktor kebersihan. Lingkungan yang
bersih adalah syarat utama hidup sehat. Apabila lingkungan bersih dengan
sendirinya
nyamuk tidak dapat berkembang biak dan demam berdarah juga tidak akan ada di
tempat tersebut.
2. Saya kurang sependapat dengan Anda. Dari beberapa kasus demam berdarah justru
menjangkiti warga perumahan yang relatif lebih bersih daripada perkampungan.
Saya
kira pengasapan masih lebih efektif.
Contoh sanggahan:
Topik:
Pendidikan di Indonesia belum melihat siswa sebagai individu yang unik sehingga perlu pembelajaran yang tidak seragam. Kegagalan pendidikan untuk memahami kebutuhan dan potensi unik setiap siswa itu mengakibatkan kualitas pendidikan yang tidak sesuai harapan. Akibat lebih jauh, daya saing dan kualitas sumbsr daya manusia Indonesia rendah di dunia internasiional.
Pendidikan di Indonesia belum melihat siswa sebagai individu yang unik sehingga perlu pembelajaran yang tidak seragam. Kegagalan pendidikan untuk memahami kebutuhan dan potensi unik setiap siswa itu mengakibatkan kualitas pendidikan yang tidak sesuai harapan. Akibat lebih jauh, daya saing dan kualitas sumbsr daya manusia Indonesia rendah di dunia internasiional.
Tanggapan:
1. Persetujuan: Saya sependapat dengan nara sumber tentang perlunya sistem
penduidikan memahami kebutuhan dan kompetensi unik siswa. Hal ini di karenakan
masing-masing siswa memiliki kemampuan dan minat yang berbeda.Penanganan siswa
berdasarkan minat dan bakat akan melahirkan kualitas sumber daya manusia
Indonesia
yang kreatif dan mampu bersaing di dunia Internasional.
2. Penolakan: Saya kurang sependapat dengan nara sumber karena jika mengelompokan
siswa berdasarkan minat dan bakat,maka biaya yang akan di keluarkan orang tua
siswa
juga bertambah.Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yang di sediakan
pemerintah
minim.
Di sebuah kota yang jauh dari negeri
Indonesia, yaitu Pisa yang terletak di Italia sana, terdapat seorang ilmuwan
yang dihukum oleh otoritas Gereja karena telah meluruskan kesalahan teori
Aristoteles (384-322 SM) tentang bumi. Ilmuwan tersebut mengambil kesimpulan
bahwa bentuk bumi itu bulat, dan bumilah yang mengelilingi matahari alias
heliosentris. Sedangkan teori dari Aristoteles menyimpulkan bumi itu datar, dan
mataharilah yang mengelilingi bumi atau disebut dengan geosentris. Gereja
sangat yakin terhadap teori Aristoteles. Karena Gereja memiliki kekuasaan, maka
teori dari Aristoteles dijadikan hukum, sehingga harus diimani sebagai sebuah
kebenaran. Jika tidak mengimaninya apalagi membantah teori tersebut, akan
dikenakan hukuman.
Beberapa kali ilmuwan tersebut membuktikan bahwa teori Aristoteles itu keliru. Untuk memastikannya dia pergi ke laut dan ke gunung. Di puncak gunung, dia amati tanah yang membentang luas ternyata semakin ke ujung semakin melengkung ke bawah. Begitu pula lautan saat dia amati ternyata tak datar, tapi melengkung ke bawah pula. Kesimpulan bahwa bumi itu bulat sudah final. Selanjutnya dia kembali membuktikan mengenai matahari yang selama ini nampak bergerak ternyata tidak, yang bergerak justru bumi mengelilingi matahari. Sedangkan matahari diam. Bukan bumi saja mengelilingi matahari, ada planet lain yang melakukan hal sama.
Terkait gerak dan gaya, penulis analogikan pada teori fisika. Jika kita berada dalam gerbong kereta yang tengah melaju, perhatikanlah di luar jendela gerbong kereta. Apa yang kita lihat seolah bergerak, padahal yang bergerak itu adalah kereta yang kita tumpangi. Hanya saja kereta melakukan gerakan yang tak seimbang. Beda dengan bumi yang bergerak dengan seimbang, sehingga tak terasa gerakannya.
Karena ilmuwan tadi berbeda pandangan dengan Gereja, maka diapun menjalani hukuman tahanan rumah hingga sang malaikat pencabut nyawa menjemputnya. Siapa sang ilmuwan dari Italia itu? Siapa lagi kalau bukan Galileo Galilei (1564-1642). Demi meluruskan logika, dia rela menerima hukuman dari otoritas Geraja.
Beberapa puluh tahun kemudian, muncul Issac Newton menyelidiki tentang benda-benda yang jatuh ke bumi. Mengapa bumi yang bulat, tak ditopang oleh dinding bumi tapi benda-benda tidak pernah jatuh ke angkasa, selalu mendekat ke bumi. Muncullah apa yang disebut teori gravitasi. Teori dari Newton ini dibuktikan dengan kekuatan magnetik yang ada dalam planet bumi.
Berpikir logis tak sesederhana itu, perlu penyelidikan untuk menarik kesimpulan dari hal yang valid, akurat, dan sistematis. Ilmu alam tidak berada dalam pikiran manusia. Logika atau berpikir logis merupakan salah satu ciri manusia berpikir, setiap bahasa yang diutarakannya didasarkan pada logika yang benar.
Sederhananya, logika tergantung cara kita mengambil kesimpulan yang berpangkal pada penalaran. Adapun penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuannya supaya segala sesuatu yang dipikirkan dapat diluruskan, sehingga menghasilkan ketepatan berpikir. Manusia melakukan aktivitas berpikir karena memiliki wawasan dan pengetahuan.
Logika merupakan cabang dari filsafat yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Pada waktu itu namanya analitika dan dialektika. Analitika secara khusus digunakan untuk menelaah berbagai argumentasi yang berangkat dari pernyataan (proposisi) yang benar. Adapun dialektika secara khusus digunakan untuk menelaah berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang kebenarannya masih diragukan. Logika yang dikembangkan Aristoteles disusun dalam buku berjudul “Organon” yang terdiri atas enam bagian, yaitu:
ü Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
ü De interpretatione tentang keputusan-keputusan
ü Analytica Posteriora tentang pembuktian
ü Analytica Priora tentang Silogisme
ü Topica tentang argumentasi dan metode berdebat
ü De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Logika terbagi menjadi dua yaitu logika formal atau deduktif, dan logika material atau induktif. Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata umum-khusus. Contohnya kata umum adalah ikan, sedangkan ikan banyak jenisnya. Ada ikan lele, mujaer, ikan patin, dll. Jenis-jenis ikan itu kata khusus. Karena logika harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa berupa kalimat, penulis akan mengambil contoh dari bentuk silogisme, yaitu:
Premis mayor : Setiap wartawan harus mengikuti logika yang benar
Premis minor : Rudini Sirat adalah seorang wartawan
Kesimpulan : Rudini Sirat harus mengikuti logika yang benar.
Dalam logika yang penulis contohkan di atas masih bersifat subjektif karena kesimpulannya bersifat kondisional. Bagaimana jika Rudini Sirat itu bukan seorang wartawan tapi hanya seorang pembual, apakah harus mengikuti logika yang benar? Dalam aliran filsafat, jenis logika ini biasa disebut rasionalisme.
Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Cara berpikir seperti ini biasa digunakan dalam aliran filsafat empirisme. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan pancaindranya.
Galileo pernah membantah teori Aristoteles mengenai benda yang jatuh ke bumi. Beberapat ratus tahun sebelum masehi, Aristoteles membuat kesimpulan benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat dari pada benda yang ringan. Galileo membantah hal itu dengan beberapa kali eksperiman di atas gedung. Ketika dia menjatuhkan dua benda dengan berat yang berbeda pada saat yang sama, ternyata jatuhnya bersamaan. Diapun membuat kesimpulan, bahwa setiap benda yang dijatuhkan memiliki kecepatan yang sama selama tidak ada gesekan.
Logika muncul supaya manusia bisa menemukan kebenaran dengan metode berpikirnya. Dengan berbagai metode berpikir itu, manusia sering mengambil kesimpulan yang berbeda karena cara berpikirnya berbeda. Contoh yang sangat kontroversial adalah penciptaan manusia. Dalam ajaran Islam, manusia yang pertama diciptakan adalah Adam, kemudian Hawa. Apa dasarnya? Kitab suci ajaran Islam yaitu Al-qur’an. Tapi berbeda dengan hukun evolusi dari teori yang dikembangkan Charles Darwin. Dia mengambil kesimpulan, bahwa manusia muncul karena makhluk yang hidup di bumi mengalami evolusi. Makhluk pertama yang muncul di bumi adalah makhluk bersel satu, lalu makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi ikan, dan terus hingga menjadi reptil, kemudian hewan mamalia, salah satunya adalah monyet. Karena monyet mengelami evolusi sesuai dengan kondisi alam, maka muncullah manusia dari monyet itu.
Ada sebuah pertanyaan, jika para makhluk itu berubah sampai menjadi manusia, kenapa masih ada makhluk bersel satu, hewan reptil, dan monyet? Jawabannya karena makhluk berevolusi tadi bisa menyesuaikan diri untuk bertahan hidup alias survival. Hanya sebagian yang mengelami evolusi. Apakah itu logis? Bagi orang Islam tidak logis walaupun sebagian tak bisa membuktikannya dengan ilmu alam. Masih ingat kenapa Galileo dipenjara? Bukan hanya karena membantah teori geosentris saja. Tapi bagi Gereja, Galileo tak bisa membuktikan kebenaran teorinya.
Konsep
Apa itu konsep? Apa itu proposisi? Dan apa itu penalaran atau reasoning? Dari tadi kita menggunakan istilah proposisi dan penalaran, tapi istilah konsep baru keluar kali ini. Tiga bentuk pemikiran tersebut disampakain dalam wujud lambang, yakni bahasa. Salah satu wujud dari bahasa adalah kumpulan kata yang tersusun membentuk kalimat. Bahasa digunakan sebagai penilaian kemampuan logika dan penalaran seseorang.
Apa yang akan kita terangkan ketika ditanya mengenai pengertia meja, atau komputer, atau mungkin saja benda-benda yang pernah kita lihat atau belum. Kalau saja benda-benda yang ditanyakan pengertianya ada di hadapan kita, mungkin tak harus banyak bicara, langsung saja tunjukan benda yang dimaksud. Tapi, bagaimana jika bendanya tak ada di hadapan kita? Bagi yang belum tahu, pasti membuka buku terlebih dulu.
Masih ingat film 3 Idiot saat seorang mahasiswa cerdas ditanya seorang dosen mengenai pengertian mesin? Dengan gampangnya mahasiswa cerdas tersebut menerangkan fungsi mesin. Padahal bukan itu jawaban yang diinginkan sang dosen. Jika dosen tadi bertanya fungsi mesin, tentu saja jawaban yang diterima sang dosen cukup memuaskan. Karena tidak puas dengan jawaban mahasiswa cerdas tadi, pertanyaannya dilimpahkan pada seorang mahasiswa yang pintar dan kutu buku. Mahasiswa kedua ini menjawab panjang lebar pengertian mesin, satu katapun tak ada yang terlewatkan dari isi buku pegangannnya. Sang dosen merasa puas dan kagum dengan jawaban mahasiswa pintar tadi.
Tak ada yang salah dengan jawaban dari kedua mahasiswa tadi, hanya cara berpikirnya yang berbeda. Mahasiswa satu berpikir sesuai dengan penalarannya. Jika kita bisa mengungkapkan kata yang mudah, kenapa harus mengungkapkan dengan kata yang sulit dan kaku. Mahasiswa kedua sangat text book thingking. Apa yang tertulis dalam buku pegangan itulah yang harus diikuti sesuai susunan kalimatnya.
Suatu pengertian yang tersusun dalam sebuah konsep pasti berkaitan dengan fungsi dan komponen penting pada objeknya. Bila kita ditanya pengetian motor, apakah jawabannya seperti ini tepat? “motor merupakan kendaraan berroda dua”. Apakah Cuma motor saja yang berroda dua? Buktinya masih ada kendaraan yang berroda dua selain motor. Disinilah kita mesti menyusun konsep secara detail supaya mendapatkan gambaran objek yang kita bahas. Dengan demikian, tidak muncul ambiguitas.
Bahasa Logika
Moncong Hancur, Nasib Penumpang Belum Diketahui
Jumat, 30 September 2011 | 11:54 WIB
MEDAN, KOMPAS.com- Hasil pantauan udara Basarnas di lokasi jatuhnya pesawat NBA di Kecamatan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, menunjukkan, moncong pesawat hancur. Pantauan dilalukan tim Basarnas menggunakan helikopter PT Unindo jenis bell 206 yang sedang berada di Medan pukul 09.00 pagi ini.
Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo, Jumat (30/9/2011), mengatakan, kondisi angin yang kencang diatas 10 knot menyebabkan tim hanya mampu mengambil foto terbaru. "Moncong tampak hancur," tutur Daryatmo sambil memaparkan foto terbaru kepada wartawan.
Sedianya, tim akan menerjunkan petugas ke lokasi, namun akibat angin kencang itu penerjunan dibatalkan. Daryatmo menambahkan, saat ini tim rescue pertama sudah berjarak sekitar 5 kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat. Tentang kondisi penumpang, Daryatmo mengatakan belum bisa memastikan.
Jika kita perhatikan berita yang ditulis oleh Kompas.com, apakah terdapat kesesuaian antara isi berita dengan judul yang dibuat? Membaca judulnya saja terdapat kekeliruan dalam penggunaan bahasa logika. Berita tersebut menceritakan tentang pesawat yang jatuh mengakibatkan kerusakan pada moncong pesawat, dan nasib yang dialami penumpang. Dalam penalaahan kalimat tersebut, logikanya ada sebab-akibat. Ada makna dalam penggunaan simbol koma. Maknanya bisa kesejajaran antara dua kalimat, bisa juga susunan bebepa kalimat, atau bisa juga sebab-akibat.
Frase “Moncong Hancur,” pada judul berita tadi dimaksudkan oleh penulisnya pada kondisi pesawat, kemudian diikuti dengan kalimat “Nasib Penumpang belum Diketahui” maksudnya kondisi yang kedua. Pertama, penulis memandang dua kalimat yang digunakan pada judul tersebut merupakan sebab-akibat. Moncong hancur mengakibatkan nasib penumpang kondisinya belum diketahui. Apakah betul seperti itu isi beritanya? Ternyata tidak, untung saja kita membaca isinya sehingga tak terkecoh dengan judul yang dibuat.
Kedua, penggunaan “moncong hancur” tak disebutkan objeknya. Apakah moncong yang hancur itu pesawat atau penumpang? Jika kita menggunakan bahasa logika yang benar, berarti moncong yang hancur itu penumpang pesawat yang mengakibatkan nasibnya belum diketahui dengan pasti. Dalam penggunaan judul tersebut, terdapat kesesatan bahasa logika. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa supaya terhindar dari kesesatan dalam berlogika.
Manusia merupakan makhluk yang beradab, bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi merupakan perwujudan dari beradab-tidaknya seorang manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan pernyataan dari pikiran, pengalaman, dan perasaan seseorang. Oleh karena itu, bahasa dibutuhkan sebagai pembentukan dalam penalaran. Secara umum, terdapat bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari. Komunikasi yang terbentuk dalam hubungan sosial kita dilakukan secara terus menerus dan saling menerima. Bahasa seperti ini tumbuh atas dasar pengaruh lingkungan.
Adapun bahasa buatan merupakan bahasa yang disusun sedemikan rupa berdasarkan akal pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa media dan bahasa ilmiah merupakan bagian dari bahasa buatan karena disusun sesuai dengan pertimbangan logika. Bahasa buatan ini rumuskan dan diciptakan oleh para ahli sesuai bidangnya masing-masing dengan menggunakan istilah untuk mewakili pengertian tertentu.
Dalam fungsi bahasa, ada fungsi ekspresif, praktis, dan logik. Dalam fungsi ekspresif ini bahasa berperan sebagai pembentukan kalimat saat perasaan dan emosi dalam diri kita. Misalkan ungkapan perasaan sedih, gembira, panik, dll. Fungsi praktis untuk menggambarkan sesuatu hal kepada pihak lain dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Adapun fungsi logik ini seperti yang dijelaskan sebelumnya digunakan dari bahasa buatan untuk penggunaan bahasa dalam media dan dunia ilmiah.
Beberapa kali ilmuwan tersebut membuktikan bahwa teori Aristoteles itu keliru. Untuk memastikannya dia pergi ke laut dan ke gunung. Di puncak gunung, dia amati tanah yang membentang luas ternyata semakin ke ujung semakin melengkung ke bawah. Begitu pula lautan saat dia amati ternyata tak datar, tapi melengkung ke bawah pula. Kesimpulan bahwa bumi itu bulat sudah final. Selanjutnya dia kembali membuktikan mengenai matahari yang selama ini nampak bergerak ternyata tidak, yang bergerak justru bumi mengelilingi matahari. Sedangkan matahari diam. Bukan bumi saja mengelilingi matahari, ada planet lain yang melakukan hal sama.
Terkait gerak dan gaya, penulis analogikan pada teori fisika. Jika kita berada dalam gerbong kereta yang tengah melaju, perhatikanlah di luar jendela gerbong kereta. Apa yang kita lihat seolah bergerak, padahal yang bergerak itu adalah kereta yang kita tumpangi. Hanya saja kereta melakukan gerakan yang tak seimbang. Beda dengan bumi yang bergerak dengan seimbang, sehingga tak terasa gerakannya.
Karena ilmuwan tadi berbeda pandangan dengan Gereja, maka diapun menjalani hukuman tahanan rumah hingga sang malaikat pencabut nyawa menjemputnya. Siapa sang ilmuwan dari Italia itu? Siapa lagi kalau bukan Galileo Galilei (1564-1642). Demi meluruskan logika, dia rela menerima hukuman dari otoritas Geraja.
Beberapa puluh tahun kemudian, muncul Issac Newton menyelidiki tentang benda-benda yang jatuh ke bumi. Mengapa bumi yang bulat, tak ditopang oleh dinding bumi tapi benda-benda tidak pernah jatuh ke angkasa, selalu mendekat ke bumi. Muncullah apa yang disebut teori gravitasi. Teori dari Newton ini dibuktikan dengan kekuatan magnetik yang ada dalam planet bumi.
Berpikir logis tak sesederhana itu, perlu penyelidikan untuk menarik kesimpulan dari hal yang valid, akurat, dan sistematis. Ilmu alam tidak berada dalam pikiran manusia. Logika atau berpikir logis merupakan salah satu ciri manusia berpikir, setiap bahasa yang diutarakannya didasarkan pada logika yang benar.
Sederhananya, logika tergantung cara kita mengambil kesimpulan yang berpangkal pada penalaran. Adapun penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Tujuannya supaya segala sesuatu yang dipikirkan dapat diluruskan, sehingga menghasilkan ketepatan berpikir. Manusia melakukan aktivitas berpikir karena memiliki wawasan dan pengetahuan.
Logika merupakan cabang dari filsafat yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Pada waktu itu namanya analitika dan dialektika. Analitika secara khusus digunakan untuk menelaah berbagai argumentasi yang berangkat dari pernyataan (proposisi) yang benar. Adapun dialektika secara khusus digunakan untuk menelaah berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang kebenarannya masih diragukan. Logika yang dikembangkan Aristoteles disusun dalam buku berjudul “Organon” yang terdiri atas enam bagian, yaitu:
ü Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
ü De interpretatione tentang keputusan-keputusan
ü Analytica Posteriora tentang pembuktian
ü Analytica Priora tentang Silogisme
ü Topica tentang argumentasi dan metode berdebat
ü De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Logika terbagi menjadi dua yaitu logika formal atau deduktif, dan logika material atau induktif. Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari proposisi umum ke proposisi khusus. Sederhananya kata umum-khusus. Contohnya kata umum adalah ikan, sedangkan ikan banyak jenisnya. Ada ikan lele, mujaer, ikan patin, dll. Jenis-jenis ikan itu kata khusus. Karena logika harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa berupa kalimat, penulis akan mengambil contoh dari bentuk silogisme, yaitu:
Premis mayor : Setiap wartawan harus mengikuti logika yang benar
Premis minor : Rudini Sirat adalah seorang wartawan
Kesimpulan : Rudini Sirat harus mengikuti logika yang benar.
Dalam logika yang penulis contohkan di atas masih bersifat subjektif karena kesimpulannya bersifat kondisional. Bagaimana jika Rudini Sirat itu bukan seorang wartawan tapi hanya seorang pembual, apakah harus mengikuti logika yang benar? Dalam aliran filsafat, jenis logika ini biasa disebut rasionalisme.
Adapun logika induktif kebalikan dari logika deduktif. Jenis logika ini harus mengikuti penalaran yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan. Artinya, jika tidak ada bukti maka kesimpulannya belum tentu benar atau pasti. Cara berpikir seperti ini biasa digunakan dalam aliran filsafat empirisme. Dengan demikian, dia tidak akan mempercayai suatu kesimpulan yang tidak berdasarkan pengalaman atau kenyataan lewat tangkapan pancaindranya.
Galileo pernah membantah teori Aristoteles mengenai benda yang jatuh ke bumi. Beberapat ratus tahun sebelum masehi, Aristoteles membuat kesimpulan benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat dari pada benda yang ringan. Galileo membantah hal itu dengan beberapa kali eksperiman di atas gedung. Ketika dia menjatuhkan dua benda dengan berat yang berbeda pada saat yang sama, ternyata jatuhnya bersamaan. Diapun membuat kesimpulan, bahwa setiap benda yang dijatuhkan memiliki kecepatan yang sama selama tidak ada gesekan.
Logika muncul supaya manusia bisa menemukan kebenaran dengan metode berpikirnya. Dengan berbagai metode berpikir itu, manusia sering mengambil kesimpulan yang berbeda karena cara berpikirnya berbeda. Contoh yang sangat kontroversial adalah penciptaan manusia. Dalam ajaran Islam, manusia yang pertama diciptakan adalah Adam, kemudian Hawa. Apa dasarnya? Kitab suci ajaran Islam yaitu Al-qur’an. Tapi berbeda dengan hukun evolusi dari teori yang dikembangkan Charles Darwin. Dia mengambil kesimpulan, bahwa manusia muncul karena makhluk yang hidup di bumi mengalami evolusi. Makhluk pertama yang muncul di bumi adalah makhluk bersel satu, lalu makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi ikan, dan terus hingga menjadi reptil, kemudian hewan mamalia, salah satunya adalah monyet. Karena monyet mengelami evolusi sesuai dengan kondisi alam, maka muncullah manusia dari monyet itu.
Ada sebuah pertanyaan, jika para makhluk itu berubah sampai menjadi manusia, kenapa masih ada makhluk bersel satu, hewan reptil, dan monyet? Jawabannya karena makhluk berevolusi tadi bisa menyesuaikan diri untuk bertahan hidup alias survival. Hanya sebagian yang mengelami evolusi. Apakah itu logis? Bagi orang Islam tidak logis walaupun sebagian tak bisa membuktikannya dengan ilmu alam. Masih ingat kenapa Galileo dipenjara? Bukan hanya karena membantah teori geosentris saja. Tapi bagi Gereja, Galileo tak bisa membuktikan kebenaran teorinya.
Konsep
Apa itu konsep? Apa itu proposisi? Dan apa itu penalaran atau reasoning? Dari tadi kita menggunakan istilah proposisi dan penalaran, tapi istilah konsep baru keluar kali ini. Tiga bentuk pemikiran tersebut disampakain dalam wujud lambang, yakni bahasa. Salah satu wujud dari bahasa adalah kumpulan kata yang tersusun membentuk kalimat. Bahasa digunakan sebagai penilaian kemampuan logika dan penalaran seseorang.
Apa yang akan kita terangkan ketika ditanya mengenai pengertia meja, atau komputer, atau mungkin saja benda-benda yang pernah kita lihat atau belum. Kalau saja benda-benda yang ditanyakan pengertianya ada di hadapan kita, mungkin tak harus banyak bicara, langsung saja tunjukan benda yang dimaksud. Tapi, bagaimana jika bendanya tak ada di hadapan kita? Bagi yang belum tahu, pasti membuka buku terlebih dulu.
Masih ingat film 3 Idiot saat seorang mahasiswa cerdas ditanya seorang dosen mengenai pengertian mesin? Dengan gampangnya mahasiswa cerdas tersebut menerangkan fungsi mesin. Padahal bukan itu jawaban yang diinginkan sang dosen. Jika dosen tadi bertanya fungsi mesin, tentu saja jawaban yang diterima sang dosen cukup memuaskan. Karena tidak puas dengan jawaban mahasiswa cerdas tadi, pertanyaannya dilimpahkan pada seorang mahasiswa yang pintar dan kutu buku. Mahasiswa kedua ini menjawab panjang lebar pengertian mesin, satu katapun tak ada yang terlewatkan dari isi buku pegangannnya. Sang dosen merasa puas dan kagum dengan jawaban mahasiswa pintar tadi.
Tak ada yang salah dengan jawaban dari kedua mahasiswa tadi, hanya cara berpikirnya yang berbeda. Mahasiswa satu berpikir sesuai dengan penalarannya. Jika kita bisa mengungkapkan kata yang mudah, kenapa harus mengungkapkan dengan kata yang sulit dan kaku. Mahasiswa kedua sangat text book thingking. Apa yang tertulis dalam buku pegangan itulah yang harus diikuti sesuai susunan kalimatnya.
Suatu pengertian yang tersusun dalam sebuah konsep pasti berkaitan dengan fungsi dan komponen penting pada objeknya. Bila kita ditanya pengetian motor, apakah jawabannya seperti ini tepat? “motor merupakan kendaraan berroda dua”. Apakah Cuma motor saja yang berroda dua? Buktinya masih ada kendaraan yang berroda dua selain motor. Disinilah kita mesti menyusun konsep secara detail supaya mendapatkan gambaran objek yang kita bahas. Dengan demikian, tidak muncul ambiguitas.
Bahasa Logika
Moncong Hancur, Nasib Penumpang Belum Diketahui
Jumat, 30 September 2011 | 11:54 WIB
MEDAN, KOMPAS.com- Hasil pantauan udara Basarnas di lokasi jatuhnya pesawat NBA di Kecamatan Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, menunjukkan, moncong pesawat hancur. Pantauan dilalukan tim Basarnas menggunakan helikopter PT Unindo jenis bell 206 yang sedang berada di Medan pukul 09.00 pagi ini.
Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo, Jumat (30/9/2011), mengatakan, kondisi angin yang kencang diatas 10 knot menyebabkan tim hanya mampu mengambil foto terbaru. "Moncong tampak hancur," tutur Daryatmo sambil memaparkan foto terbaru kepada wartawan.
Sedianya, tim akan menerjunkan petugas ke lokasi, namun akibat angin kencang itu penerjunan dibatalkan. Daryatmo menambahkan, saat ini tim rescue pertama sudah berjarak sekitar 5 kilometer dari lokasi jatuhnya pesawat. Tentang kondisi penumpang, Daryatmo mengatakan belum bisa memastikan.
Jika kita perhatikan berita yang ditulis oleh Kompas.com, apakah terdapat kesesuaian antara isi berita dengan judul yang dibuat? Membaca judulnya saja terdapat kekeliruan dalam penggunaan bahasa logika. Berita tersebut menceritakan tentang pesawat yang jatuh mengakibatkan kerusakan pada moncong pesawat, dan nasib yang dialami penumpang. Dalam penalaahan kalimat tersebut, logikanya ada sebab-akibat. Ada makna dalam penggunaan simbol koma. Maknanya bisa kesejajaran antara dua kalimat, bisa juga susunan bebepa kalimat, atau bisa juga sebab-akibat.
Frase “Moncong Hancur,” pada judul berita tadi dimaksudkan oleh penulisnya pada kondisi pesawat, kemudian diikuti dengan kalimat “Nasib Penumpang belum Diketahui” maksudnya kondisi yang kedua. Pertama, penulis memandang dua kalimat yang digunakan pada judul tersebut merupakan sebab-akibat. Moncong hancur mengakibatkan nasib penumpang kondisinya belum diketahui. Apakah betul seperti itu isi beritanya? Ternyata tidak, untung saja kita membaca isinya sehingga tak terkecoh dengan judul yang dibuat.
Kedua, penggunaan “moncong hancur” tak disebutkan objeknya. Apakah moncong yang hancur itu pesawat atau penumpang? Jika kita menggunakan bahasa logika yang benar, berarti moncong yang hancur itu penumpang pesawat yang mengakibatkan nasibnya belum diketahui dengan pasti. Dalam penggunaan judul tersebut, terdapat kesesatan bahasa logika. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan bahasa supaya terhindar dari kesesatan dalam berlogika.
Manusia merupakan makhluk yang beradab, bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi merupakan perwujudan dari beradab-tidaknya seorang manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan pernyataan dari pikiran, pengalaman, dan perasaan seseorang. Oleh karena itu, bahasa dibutuhkan sebagai pembentukan dalam penalaran. Secara umum, terdapat bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari. Komunikasi yang terbentuk dalam hubungan sosial kita dilakukan secara terus menerus dan saling menerima. Bahasa seperti ini tumbuh atas dasar pengaruh lingkungan.
Adapun bahasa buatan merupakan bahasa yang disusun sedemikan rupa berdasarkan akal pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa media dan bahasa ilmiah merupakan bagian dari bahasa buatan karena disusun sesuai dengan pertimbangan logika. Bahasa buatan ini rumuskan dan diciptakan oleh para ahli sesuai bidangnya masing-masing dengan menggunakan istilah untuk mewakili pengertian tertentu.
Dalam fungsi bahasa, ada fungsi ekspresif, praktis, dan logik. Dalam fungsi ekspresif ini bahasa berperan sebagai pembentukan kalimat saat perasaan dan emosi dalam diri kita. Misalkan ungkapan perasaan sedih, gembira, panik, dll. Fungsi praktis untuk menggambarkan sesuatu hal kepada pihak lain dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Adapun fungsi logik ini seperti yang dijelaskan sebelumnya digunakan dari bahasa buatan untuk penggunaan bahasa dalam media dan dunia ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar