Kamis, 31 Januari 2013

Puisi Lama



                                      PUISI LAMA

Puisi lama pancaran masyarakat lama. Masyarakat lama mempunyai Ciri-ciri antara lain :
a. Merupakan masyarakat hidup bersama atau masyarakat gotong royong.
b. Merupaka masyrakat buta huruf. Kalaupun ada tulisan, maka kepandaian tulis dan baca itu hanya merupakan kepandaian istimewa dan hanya terbatas pada golongan cendekiawan atau para pujangga.
c. Statis, yaitu masyarakat yang setia dan mempertahankan sifat   kekolotan (Konservatif) dan tradisionil.

Itulah sebabnya puisi lama mempunyai ciri-ciri, antara lain :


a. Puisi lama pada umumnya merupakan puisi rakyat dan tak dikenal pengarangnya(anonim).
hal ini disebabkan para pujangga tak mau menonjolkan diri serta menngbdikan hasil karyanya kepada masyarakat sehingga menjadi milik bersama.
b. Puisi lama pada umumnya disampaikan dari mulut kemulut, jadi merupakan kesusastraan lisan.setelah terdapat tulisan, barulah kita jumpai puisi tertulis seperti syair dan gurindam. Namun karena belum dikenal tehnik pencetakan, maka hasil karya mereka itu tak dapat dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat.
c.  Puisi lama itu sangat terikat oleh syarat-syarat yang mutlak dan tradisionil, yaitu jumlah baris dalam tiap bait, jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris, sajak serta irama.

Bentuk-bentuk Puisi Lama.
** Puisi Lama meliputi bentuk-bentuk :
1. Mantera dan Serapah.
2. Bidal.
3. Pantun.
4. Pantun Kilat atau Carmina.
5. Talibun.
6. Seloka.
7. Gurindam.
8. Syair.
9. Bentuk-bentuk puisi berasal dari Kesusastraan Arab
dan Parsi.
I. MANTERA

Mantera adalah kalimat-kalimat atau susunan kata-kata yang mengandung makna atau kekuatan gaib diucapkan pada waktu dan tempat tertentu: dengan maksud untuk menambah atau menimbulkan kekuatan kepada orang yang mengucapkan.
Kita mengenal berbagai mantera dan serapah, umpamanya: mantera menuia padi,mantera beburu,mantera menyingkirkan hantu dan syetan.hal ini tidaklah mengherankan, karena sifat masyarakat Melayu lama masih berpegang kepada animisme, dinamisme dan ketahayulan. Kata-kata tersebut selain bermakna, juga bersifat sopan dan indah. Itulah sebabnya mantera-mantera merupakan puisi yang bersajak dan berirama dengan teratur.
Mantera dianggap sebagai permulaan kesusastraan lisan. Orang yang bertugas mengucapkan mantera pada tiap-tiap upacara dinamakan pawang.

** Berapa contoh Mantera dan Serapah :
1. Mantera agar berhasil baik waktu berburu rusa :
Sirih lontor, pinang lontor, terletak diatas penjuru.
Hantu buta, jembalang buta, aku angkatan jembalang rusa.
2. Mantera agar anjing jangan menggonggong :
Pulanglah engkaku kepada rimba sekampung.
Pulanglah engkau kepada rimba yang besar.
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu.
3. Assalammu’alaikum putri satulung besar
     Yang beralun berilir simayang
     Mari kecil, kemari
     Aku menyanggul rambutmu
     Aku membawa sadap gading
     Akan membasuh mukamu

II. BIDAL

Bidal tak lain dari pada susunan kata-kaya atau kalimat-kalimat singkat yang mengandung pengertian atau melukiskan sindiran, perbandingan serta kiasan.
Bidal digunakan untuk  mengatakan sesuatu tidak terus terang. Susunan katanya tak dapat kita ubah, oleh karena bidal itu mempunyai lagu,gerak sertairama yang tertentu pula.
* Yang termasuk bidal adalah :
1. Peribahasa atau Ungkapan, yakni kiasan yang dilahirkan dengan pendek dan singkat.
2. Pepatah, yakni kiasan tepat yang dipakai guna menyatakan sesuatu denagn pendek serta dalam bentuk kalimat
3. Tamsil, yakni kiasan yang bersajak dan berirama.
4. Perumpamaan, yaitu kiasan yang berupa kalimat dan dipergunakan untuk mengumpamakan seseorang.
5. Ibarat, yaitu perumpaan yang menyatakan sesuatu dengan sejelas-jelasnya dengan mengambil perbandingan
6. Kata Arif atau Hadits Melayu,yaitu kiasan yang merupakan kata-kata atau kalimat-kalimat mutiara.
7. Pemeo,yaitu kalimat pendek yang ada pada waktu bannyak dipergunakan sebagai semboyan.


** Beberapa contoh Bidal :
1. Peribahasa atau ungkapan.
Keras hati.
Ringan tangan.

2. Pepatah.
Maksud hati memeluk gunung,apa daya tangan tak sampai.
Sepandai-pandai tupai melompat sekali-sekali gagal juga.
3. Tamsil.
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
Tua-tua keladi,makin tua makin jadi.
Lain tulang lain kaki, lain orang lain hati.
4. Perumpamaan.
Bagai durian dengan mentimun.
Bagai kerbau dicocok hidungnya
5. Ibarat.
Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang.
Bagai kerakap tumbuh di baut, hidup segan mati tak mau.
6. Kata arif atau hadis.
Senangkanlah hatimu dengan menyenangkan hati orang lain.
Ilmu itu bila tidak diamalkan, seperti pohon yang tak berbuah.
7. Pameo.
Sekali merdeka tetap merdeka.
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

III. PANTUN

Perkataan pantun berarti: bagai, seperti, ibarat, umpanya, laksana. Hal ini dapat kita dengar pada bidal yang berbunyi :
Sepantun labah-labah, meramu dalam badan sendiri.(sepantun = seumpama).
Pantun telah lama tersebar dan dpierdarah-dagingkan oleh bangsa Indonesia sebelum masuknya kebudayaan Hindu.
* Syarat-syarat Pantun:
1. Tiap bait terdiri atas empat baris.
2. Tiap-tiap baris terdiri dari atas 8 sampai 12 suku kata.
3. Sajaknya: Sajak sengkelang,berumus a-b-a-b.
4. Hubungan baris; kedua baris pertama merupakan sampiran sedangkan isisnya terdapat pada kedua baris terakhir.


** Beberapa contoh Pantun :
1. Pantun perkenalan :
Dari Bandung ke Pangandaran
singgah sebentar di Tasikmalaya
Kalau boleh abang kenalan
Bunga yang kembang siapa namanya
2. Pantun berkasih-kasihan :
Kalau tuan jalan ke hulu
Carikan saya daun kamboja
Kalau tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu surga
3. Pantun jenaka :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Bair marah ketawa juga
4. Pantun nasihat :
Mendapat rusa belang kaki
Berburu ke padang datar
Berguru kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi
5. Pantun agama :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam siang-riang
Menangis mayat di dalm kubur
Teringat badan tidak sembahyang

IV.   Pantun Kilat atau Carmina.

Dalam khazanah kesusastraan  Indonesia terdapat pula pantun yang lebih ringkas.Pantun yang demikian dinamakan pantun kilat atau carmina.carmina mempunyai fungsi sebagai alat penghubung yang mesra.
* Syarat-syarat yang mengikat carmina
a. Tiap bait hanya terdiri atas 2 baris.
b. Baris pertama merupakan sampiran, sedang lainya terdapat pada baris terakhir.
c. Beranjak sama : a-a.
** Beberapa contoh Carmina atau Pantunn kilat :
1. Pantu kilat yang berisi pernyataan seorang gadis yang tak ingin
mau diperolok-olok kekasihnya :
Dahulu parang sekarang besi     (a)
Dahulu sayang sekarang benci   (a)

2. Kejenakaan setelah kenyang makan :
Gendang gendut tali kecapi  (a)
Kenyang perut senang hati   (a)

V. TALIBUN.
Pantun yang lebih panjang, yaitu pantun yang jumlah barisnya lebih dari 4 buah namun selalu genap.
* Syarat-syarat talibun:
1. Tiap bait terdiri atas 6, 8, 10, 12, baris atau lebih tetapi selalu genap
2. Tiap-tiap baris terdiri dari atas 8 sampai 12 suku kata.
3. Sajaknya: Sajak sengkelang,berumus a-b-c,a-b-c atau a-b-c-d,a-b-c-d dan sebagainya
4. Hubungannya; bagian atas merupakan sampiran sedangkan isinya terdapat pada bagian bawah.
** Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke lepau    (a)
Yu beli, belakpun beli    (b)
Ikan panjang beli dahulu    (c)
Kalau anak pergi merantau    (a)
Ibu cari, sanakpun cari    (b)
Induk senang dahulu    (c)


VI. SELOKA
Perkatan seloka berasal dari bahasa Sansekerta Cloka suatu bentuk puisi Hindu yang terdapat dalam kitab-kitab
kesusastraan India seperti Ramayana dan Mahabrata.
* Syarat-syarat yang menentukan Cloka asli India adalah :
1. Tiap-tiap bait terdiri dari atas 2 baris.
2. Tiap-tiap baris terdiri atas 16 suku kata dan meruapakn 2 potongan kalimat.
3. Biasanya berisi pelajaran atau petuah berhikmat.
4. Isi bait yang satu dengan berikutnya saling berhubungan.
5. Tidak terikat oleh sajak akhir.
** Contoh Seloka :
Taman melati di rumah-rumah, Ubur-ubur sampig dua
Kalau mati kita bersama, Satu kubur kita berdua


VII. GURINDAM
Gurindam adalah satu bentuk dalam kesusastraan lama yang berasal dari kesusastraan Tamil,
yakni salah sebuah dari India bagian selatan.
* Syarat-syarat gurindam :
1. Jumlah baris: Tiap bait terdiri atas 2 baris.
2. Jumlah suku kata: biasanya 10 hingga 14 suku kata dalam tiap-tiap baris.
3. Sajaknya: berumus a-a, biasanya sajak sempurna, tapi banyak pula gurindam yang sajak paruh.
4. Hubungannya: Gurindam terdiri atas 2 kalimat tunggal yang membentuk kalimat majemuk.
5. Isi: Senantiasa berupa nasihat
** Contoh Gurindam :
1. Kurang pikir, kurang siasat        (a)
    Tentu dirimu kelak tersesat        (a)
2. Barang Siapa berbuta jasa             (a)
    Mulia namanya sepanjang masa      (a)


VIII. SYAIR
Perkataan syair berasal dari kata Arab syu’ur, yang berarti perasaan.Dalam bahasa arab, pengubah bentuk
syu’ur atau puisi pada umumnya dinamakan sya’ir, sedangkan dalam kersusastraan Indonesia,lstilah syair
ini diberikan bukan pada pengibahnya melainkan pada bentuk atau ubahannya.
*  Syarat-syrat yang mengkat syair :
1. Tiap-tiap syair terdiri dari atas 4 baris.
2. Tiap-tiap baris terdiri atas 8 suku kata dan meruapakn 13 suku kata.
3. Syair bersajak sama, dengan rumus a-a-a-a
4. Keempat baris setiap bait syair merupakan satun rangkaian ceritera,jadi tidak terdapat sampiran.
** Contoh Syair :
Berhentilah kisah raja Hindustan.    (a)
Tersebutlah pula suatu perkataan.    (a)
Abudul Hamid Syah paduka Sultan.    (a)
Duduklah baginda bermuka-mukaan.    (a)


IX. Bentuk-bentuk puisi berasal dari Kesusastraan Arab dan Parsi.
Abad-abad perkembangan agama islam di Indonesia itu, sungguh besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Agama Islam tiba di Indonesia bukalah langsung dibawa dari Arab  melaikan melalui Parism dan India.
Saudagar-saudagar dan pelaut-pelaut India serta  Paris sungguh besar sekali jasanya dalam hal ini. Tidaklah mengherankan, bila selain syair yang merupakan pengaruh kesusastraan Arab,juga terdapat bentuk-bentuk lainya yang berasal dari kesusastraan Arab dan Parsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar